Dimasa-masa sebelum aku baligh, seringkali kedua orangtua menyuruhku untuk memakai kerudung. Seringkali ku jawab, "Nanti ajalah." Namanya juga anak awal SMP. Aku masih belum faham betul tentang agama, ibuku berkerudung namun aku faham tentang kewajiban seorang wanita muslim memakai kerudung.
Seorang anak perempuan yang dari kecil sering bermain dengan anak laki-laki, anak perempuan yang mempunyai hobi olahraga basket, anak perempuan yang suka memanjat pohon dan pagar rumah tetangga, anak perempuan yang sampai saat ini belum bisa memakai perhiasan wajah / make up, anak perempuan yang sampai saat ini masih belajar masak. Ya, anak perempuan yang bisa dibilang tomboy.
Akan tetapi sejak kecil orangtuaku sudah membiasakanku untuk berpakaian sopan jika keluar rumah. Semenjak SD aku sudah aktif betul dalam kegiatan olahraga basket, jadi ketika orangtua bertanya utuk memakai kerudung, aku menolaknya dengan cara halus (alesan).
Pernah waktu dibangku SMP aku bertanya "Main basket pakai kerudung, apa rasanya? Lagian mana ada pemain basket wanita berkerudung? Ada-ada saja." Dan sempat ketauan ibu keluar rumah main pakai celana pendek (padahal sedengkul), habis itu celananya langsung di gunting di depan mataku persis. Rasanya pingin marah, pingin nangis, celana basket kesayangan.
Pada saat sudah baligh pun, ada sedikit pemaksaan dari kedua orangtua untuk memakai kerudung. Puncaknya saat aku masuk SMA, setelah MOS tiga hari setelah itu aku dipaksa untuk sekolah pakai kerudung. Tomboynya bukan main, sudah berkerudung tapi pada saat latihan eksul basket kerudungnya dibuka. Dan pada saat yang bersamaan aku juga mendaftar untuk ikut OSIS, habislah aku dinasehati sama pembimbing OSIS di SMA. Namun itu hanya berlangsung pada bulan pertama SMA, selebihnya proses pembelajaran dengan ditambahkan niat.
Alhasil, aku menjadi tim inti pemain basket putri pertama yang menggunakan kerudung. The one and only hijabers.
Tim Basket Putri SMA Negeri 45 Jakarta