STILL MOVE, STILL IMPROVE
06.17
Now Playing : Rachel Platten - Fight Song
By the way, nasihat bulan ini dipengajian membahas tentang bab pernikahan, meskipun tidak sempat hadir di masjid pada saat nasihat tapi aku sudah menyusul untuk dibacakannya nasihat tersebut pada saat ngaji privat.
Adapun beberapa hal penting yang aku catat khususnya untuk perempuan yaitu :
- Menyiapkan diri dengan sebaik mungkin (fisik maupun mental)
- Belajar tentang keterampilan, seperti tata boga, tata busana, tata rias tata ruang dll
- Jangan terlalu pilih-pilih, jual mahal atau banyak perhitungan agar tidak terlalu sulit untuk menemukan jodohnya
- Mencari yang sama-sama cocok (kufu)
- Pasangan yang seiman, sudah mengaji agar biar sejalan, agar menjadi barokah
- Ridho, pasrah dan tawakal dalam berumah tangga kelak. Sakinah mawadah warohmah, sejahtera dan bahagia.
Kurang lebihnya seperti itu, nasihat yang diperuntukan perempuan.
Flashback sejenak tentang pernikahan. Tiga minggu yang lalu, dirumah Cilebut pukul 19:13 WIB ketika aku selesai merapihkan data penelitian skripsiku sejenak aku berbaring dikasur tidak lama kemudian ibu masuk ke kamar dan berbaring disampingku. Reflek aku langsung memeluk ibu erat sambil mengendus-ngendus sambil menyium lengan ibu.
Ibu : "Mba, berarti sekarang umur kamu 22 tahun ya?"
Aku : "Hemmm, iya. Memang kenapa?"
Ibu : "Ibu dan ayah semakin kesini bertambah umurnya, 3 tahun lagi ibu pensiun jadi guru. Kamu setelah kuliah rencananya apa?
Aku : "Selesai kuliah, insyaAllah aku melamar kerja bu. Alhamdulillah sudah ada target perusahaannya, tinggal kaki kananku saja melangkah kemana."
Ibu : "Terus rencana menikah kapan? Kamu ada rasa ngga sama teman pengajianmu di masjid?"
Aku : "Hahaha malah bahas nikah, masih lama bu. Umur 26 tahun aja ya? Tuh, aku sudah nego turun setahun ke ibu. Ngga ada, biasa aja bu, ya sewajarnya teman, netral kesemuanya. Ngga ada yang khusus."
Ibu : "Jangan kelamaan mba, ibu maunya kamu umur 25 tahun."
Aku : "Aku masih banyak pertimbangan bu, pertama sekarang aku belum kerja, kedua aku belum siap secara materi, ketiga ilmu akhiratku belum mencukupi karena aku ingin kelak bersanding dengan laki-laki yang faham agama, bisa menuntun ke surga. Jadi, intinya masih banyak yang harus aku perbaiki, banyak yang harus aku koreksi dari diriku."
*Tiba-tiba ayah masuk kamar*
Ayah : "Lagi pada ngapain? Bukannya siap-siap beberes sholat terus pulang ke Jakarta, malah tidur-tiduran."
Ibu : (dengan ekspresi semangat) "Ayah-ayah, menurut ayah umur berapa anis nikah?"
Ayah : "25" (jawaban singkat, padat, jelas)
Aku : "Ih ayah mah, umur segitu anis baru kerja 2 tahun, belum cukup gajinya untuk biaya nikah. Ditambah aku masih ada target yg harus dicapai sebelum nikah, biar suamiku nanti ngga repot-repot banget. Umur 26 atau 27 aja dong."
Ayah : "Kenapa ayah kepingin kamu nikah diumur 25 tahun, karena nanti pada saat kamu berumur 40 tahun, anakmu berumur 20 tahun dan secara fisik keadaanmu masih sanggup untuk bekerja"
Ibu : "Tuh dengerin, ayah tuh pemikirannya dewasa, jauh langsung kedepan."
Ayah : "Nanti kalau kamu sudah kerja, uangnya kamu tabung. Gausah mikirin macem-macem. Jangan lupa niatnya ditata kembali, diniatkan karena Allah. InsyaAllah dilancarkan segala urusannya."
Ibu : "Cari suami tuh yang gigih dalam arti tekun dalam pekerjaan, yang sayang sama kamu dan keluarga, yang sabar karena nikah tuh mikirin oranglain. Yang tadinya sendiri, kemudian dia harus mikirin orang lain : isteri, anak, orangtua, mertua, saudara dll. Terus gimana kabar teman kamu yang sms ke Pak Lasno?"
Aku : "Yang sms ke Pak Lasno? Hoalah, ya sama ke dia juga netral. InsyaAllah baik, lagi mondok."
Ibu : "Ayah, masa orangnya mirip banget sama Mas Dodi."
Aku : "Mulai deh ya kan, udah bu udah ya. Jangan bahas nikah lagi, lagian tuh ya setiap orang pasti udah punya calonnya masing-masing."
Ibu : "Kamu tau darimana bisa ngomong kayak gitu? Belum tentu nis."
Aku : "Darimana yaaa? Hahaha mengira-ngira aja sih akunya. Jangan serius-serius banget, annis nikahnya masih 3-4 tahun kedepan. Umur 25 atau 26 tahun. "
Ayah : "Manusia tuh bisa berangan-angan, Allah yang menentukan. Kamu berteman dengan siapa aja, dan jangan gegabah dalam mengambil keputusan dan pilihan, libatkan Allah didalamnya. Makanya kamu sholat tasbih, sholat istikhoroh, ibadah malamnya dilancarin lagi."
Ibu : "Ibu sih pinginnya kamu dapet orang jawa, yang benar-benar faham isi qur'an dan hadist, dan yang seiman dan sudah ngaji. Kalau dia sudah ngaji, otomatis keluarganya juga sudah ngaji. Tau perintah dan larangannya."
Ayah : "Orang luar juga gapapa, asal dia mau menjadi orang iman kedepannya. Hadist mengajarkan kita untuk berbudi luhur."
Ayah : "Orang luar juga gapapa, asal dia mau menjadi orang iman kedepannya. Hadist mengajarkan kita untuk berbudi luhur."
Aku : "InsyaAllah, semoga dijabah oleh Allah. Sekarang annis masih dalam proses memantaskan diri dan memperbaiki diri dulu ya."
Yang diatas merupakan percakapanku dengan Ayah dan Ibu sebelum pulang ke Jakarta. Airmata ku pun jatuh dengan derasnya, semua perasaan menjadi satu, aku sendiri juga tidak tau mengapa tiba-tiba menangis. Entah harus darimana aku mengejar semua target kekurangan diriku, masih banyak yang harus diperbaiki. Urusan akhirat dan duniaharus bisa sejalan.Menurutku, pernikahan bukan hal main-main, bukan hanya senang-senangnya saja.
Bicara tentang jodoh, menurutku jodoh itu adalah cerminan diri kita sendiri. Kalau kamu menginginkan laki-laki yang sholeh yang bisa menuntunmu ke surga.
Pertanyaannya adalah "Sudah pantaskan dirimu bersanding dengan dirinya?"
STILL MOVE, STILL IMPROVE. Untuk saat ini yang bisa aku lakukan adalah mengimprove diriku, upgrade kemampuan diri, upgrade pemahaman tentang urusan akhirat, upgrade pemahanan tentang urusan dunia (karir didunia grafika), upgrade skill didalam diri dll. Bukannya aku mengabaikan urusan pernikahan, tapi aku mengesampingkan. Memang sebentar lagi sudah masuk dalam usia nikah tapi sekarang belum saatnya. Karena aku masih berada dalam proses memperbaiki diri dan dalam proses memantaskan diri untuk jodohku kelak.
Jangan lupa niatnya karena Allah.
Khuznusdzonbillah.
Semoga Allah paring kelancara, kemudahan dan kebarokahan.
Amin.
0 comments